Berikut ini sejarah Desa Tanglad
SEJARAH DESA TANGLAD
Pada suatu hari setetelah hari raya kuningan ada satu rombongan berlayar dengan maksud pesiar. Rombongan tersebut berasal dari Desa Ketewal, Kabupaten Daerah Tingkat II Gianyar. Sesampai di tengah lautan, tanpa disadari rombongan terseret arus deras disertai oleh gelombang besar. begitu pula tiba-tiba datang angin kencang yang menhanyutkan rombongan hingga terdampar di tebing curam di sebelah setalan Pulau Nusa Penida. Di tebing itulah rombongan tersebut menginjakkan kaki guna mencari perlindungan. Karena perahu yang mereka tumpangi mengalami kerusakan berat maka dengan tekad yang bulat dan kemauan yang keras maka salah seorang dari rombongan tersebut berhasil menaiki tebing yang terjal itu dengan berbagai macam cara yang dilakukan guna menolong rekannya yang masih berada di bawah, akhirnya rombongan tersebut bisa naik dengan selamat meskipun dengan keadaan yang sangat payah.
Untuk kembali melanjutkan perjalanan dengan keadaan yang sangat payah dengan dungkah (langkah) yang melingkap maka tempat itu di beri nama Dungkap. ditempat ini rombongan tersebut tinggal beberapa lama bahkan sudah ada yang bercocok taman.
Pada suatu saat tertentu pimpinan yang tertua dalam rombongan tersebut memberikan suatu perintah kepada salah seorang dari anggota rombongan, Adapun yang diperintah itu I Bekung. Karena I Bekung masih kekanak-kanakan serta perintah yang diterimanya seolah-olah paksaan maka ia merasa kesal. Dengan rasa kesal di hati pergilah I Bekung meninggalkan rombongan yang diikuti oleh adiknya yang bernama Ni Wulang Singah.
setelah lama berjalan menuju timur, kedua anak tersebut merasa lelah dan istirahat untuk mencari makan. Dalam mencari buah-buahan ia bertemu dengan pohon besar yang diberi nama Bihingin dan tempat itu diberi nama Bihingin. Dan seterusnya bertemu dengan pohon besar lagi yang diberi nama Pohon Gepah/Gepuh, begitu juga tempatnya diberi nama Gepuh.
Setelah beberapa lama tinggal di Gepuh, I Bekung dan Ni Wulang Singa meneruskan perjalanan ke arah selatan, ia bertemu dengan tanaman bahan bumbu yang lengkap , yang dalam bahasa bali disebut Carub (lengkap) maka tempat tersebut diberi nama Caruban. Setelah melewati Caruban mereka bertemu lagi dengan berbagai kesulitan akhirnya mereka jatuh sakit. Karena sakit itu mereka seolah-olah mecancang (tidak bisa kemana mana) maka tempat tersebut diberi nama Penyancangan.
Setelah sembuh mereka melanjutkan perjalanan ke arah selatan dan akhirnya bertemu dengan hutan yang sangat lebat, disinalah timbul niat dari Ni Wulang Singa untuk melakukan tapa semadi. di dalam mekaukan tapa semadi Ni Wulang Singa mendapat anugrah (sabda) agar mereka meneruskan perjalanan ke arah timur. Dalam meneruskan perjalanan ke arah timur mereka bertemu dengan tebing yang tinggi. Karena Ni Wulang Singa ditinggalkan oleh kakaknya ia memanggil kakanya dengan : anti...anti....anti...( tunggu) maka tempat tersebut diberi nama Anta.
Dari Anta melanjutkan perjalanan ke arah barat langkahnya menjadi tidak tentu yang dalam bahasa balinya sayar-soyor dengan hal itu tempat ini diberi nama Soyor. Oleh karena Ni Wulang singa merasa belum memperoleh apa yang diinginkan maka ia lagi melakukan tapa yoga memadi yang akhirnya mendapat sabda sebagai berikut : " WAHAI ANAKKU SEBENARNYA PERJALANMU MENUJU KESELATAN ITU ADALAH SALAH, POHON YANG BESAR ITU ADA DI SEBELAH TIMUR."
dengan rasa sedikit lega mereka melanjutkan perjalanan dengan menemukan berbagai macam keanehan dan selanjutnya bertemu dengan tebing curam, di sinilah ia berfikir setelah lama melakukan perjalanan dari barat ke ujung timur yang menurut pikirannya merupan batas dari daerah itu maka tempat tersebut diberi nama Watas.
Setelah meningalkan watas mereka mneruskan perjalanan menuju arah utara, dengan cepat di ambilnya keputusan bahwa daerah itu cocok untuk daerah pertanian dan mereka bermaksud untuk menetap di sana. karena cepat menggambil keputusan maka tempat itu di beri nama Julingan yang berasal dari kata Iju dan kata Ling. kata Iju yang berarti cepat dan kata Ling yang berarti maksud atau tujuan.
setelah menetap di julingan mereka teringat dengan peristiwa lama sewaktu berpisah dngan tetangganya yang dulu di tempat mereka tempati sekarang karena itulah mereka memberi nama tempat itu dengan nama Tangga Lad yang berarti bekas Tetangga, seiring waktu pelafalannya menjadi TANGLAD. Disinilah I Bekung dan Ni Wulang singa Menetap dan akhirnya kawin sehingga menghasilkan keturunan sampai sekarang.